Medan – Himpunan Pemuda dan Mahasiswa Sumatera Utara (HIPMASU) kembali turun ke jalan dalam aksi unjuk rasa jilid II untuk menyuarakan dugaan nepotisme dalam penetapan pemenang tender Ramadan Fair XIX. Aksi yang berlangsung di Kantor Wali Kota Medan, Kantor Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Medan, serta Kantor Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara (Kejatisu) ini menuntut transparansi dalam proses tender yang bernilai Rp 4,9 miliar tersebut.
Ketua Umum HIPMASU, Muda Harahap, menegaskan bahwa mereka turun sebagai bentuk kontrol sosial demi kepentingan masyarakat.
"Kami hadir kemari untuk menyuarakan dugaan praktik nepotisme oleh Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Medan dalam penetapan pemenang tender Ramadan Fair. Kami melihat adanya kejanggalan dalam proses ini," tegas Muda dalam orasinya, Selasa (18/3/2025).
Massa HIPMASU mencurigai bahwa CV Yohara Gemilang sengaja dimenangkan dalam tender ini meskipun menawarkan harga lebih tinggi dibandingkan peserta lelang lainnya. Bahkan, sebelum tender selesai dan masih dalam masa sanggah, persiapan acara seperti pemasangan rangka tenda sudah dilakukan.
"Kami menduga CV Yohara Gemilang sudah disiapkan sebagai pemenang, padahal penawarannya lebih tinggi. Belum lagi, proses tender belum final tetapi mereka sudah mulai pemasangan tenda. Ini jelas tidak transparan," tambahnya.
Desakan Pemeriksaan dan Evaluasi
Dalam aksinya, HIPMASU menyampaikan sejumlah tuntutan, antara lain:
- Mendesak Kejatisu dan Polda Sumut segera memanggil dan memeriksa Kadis Pendidikan dan Kebudayaan Kota Medan terkait dugaan kongkalikong dalam tender Ramadan Fair XIX.
- Menuntut penyidik Polda Sumut dan Kejatisu untuk memanggil serta memeriksa pimpinan CV Yohara Gemilang.
- Meminta Polda Sumut dan Kejatisu serius dalam menangani dugaan korupsi di Sumatera Utara.
- Mendesak Wali Kota Medan, Rico Tri Putra Bayu Waas, untuk mengevaluasi jabatan Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Medan atas dugaan keterlibatan dalam praktik yang tidak transparan.
Massa HIPMASU awalnya berorasi di depan Kantor Wali Kota Medan selama lebih dari satu jam. Namun, tidak ada pejabat yang menemui mereka. Tak putus asa, mereka melanjutkan aksi ke Kantor Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Medan.
Aksi Ricuh, Massa Terluka
Saat berorasi di depan Kantor Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Medan, situasi sempat memanas. Terjadi bentrokan kecil antara mahasiswa dan oknum petugas dinas, mengakibatkan salah seorang peserta aksi mengalami luka gores di tangan.
Namun, meski sempat terjadi insiden, massa tetap melanjutkan aksi mereka dan menunggu perwakilan dinas untuk memberikan tanggapan.
Akhirnya, Kabag Kebudayaan Disdikbud Kota Medan, Andi, menemui demonstran. Ia menyampaikan bahwa pimpinan tidak berada di tempat dan menegaskan bahwa masalah ini akan ditangani oleh Tim POKJA.
"Saya ditelepon pimpinan untuk menemui teman-teman. Kebetulan beliau tidak ada di tempat, jadi persoalan ini akan ditanggapi oleh Tim POKJA," ujar Andi kepada massa aksi.
Aksi ini menunjukkan semakin besarnya tekanan terhadap pemerintah Kota Medan untuk menjelaskan secara transparan proses tender Ramadan Fair. Hingga saat ini, pihak terkait belum memberikan pernyataan resmi mengenai dugaan praktik nepotisme yang disoroti oleh HIPMASU.
(Tim)