Banjarmasin, Kalimantan24.com - Pendaftaran, penelitian, dan penetapan pasangan calon dalam Pemilihan Gubernur Kalimantan Selatan (Pilgub Kal Sel) akan segera dimulai pada bulan September 2024. Meskipun proses resmi dari Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kalimantan Selatan belum selesai, berbagai klaim mengenai pasangan calon yang akan bertarung sudah muncul di publik.
Dalam konteks politik dan demokrasi, perubahan masih mungkin terjadi sampai penetapan resmi oleh KPU. Saat ini, kekuatan masing-masing calon menjadi bahan prediksi utama untuk menilai siapa yang berpotensi memenangkan kontestasi Pilgub Kal Sel.
Pilkada 2024 memunculkan potensi konflik internal dalam partai politik, terutama terkait dengan pencalonan duet Muhidin dan Hasnuryadi. Gagasan ini dinilai tidak sesuai dengan sejarah Partai Golkar, yang dikenal dengan nama besar H. Sulaiman HB (Haji Leman).
Selain itu, wacana menarik Hasnuryadi, tokoh muda Golkar, ke dalam tubuh Partai Amanat Nasional (PAN) dan hanya sebagai calon Wakil Gubernur dianggap tidak bijaksana. Hasnuryadi diyakini tidak ingin melihat Partai Golkar terpecah, mengingat usaha kerasnya selama puluhan tahun mempertahankan Golkar sebagai partai mayoritas.
Jika Hasnuryadi berpaling dari Golkar akibat kehadiran Acil Odah yang juga diusung Golkar, hal ini bisa memperparah keretakan internal partai. Oleh karena itu, menjaga soliditas Partai Golkar dalam Pilgub Kal Sel menjadi penting. Beberapa langkah yang dapat diambil antara lain:
1. Menganalisis Hasil Pilgub Sebelumnya: Pilgub Kal Sel sebelumnya berlangsung dalam dua putaran, menunjukkan bahwa kekuatan partai dalam Pilgub tidak signifikan. Kalkulasi politik yang tepat harus didasarkan pada pengalaman ini.
2. Memelihara Basis Dukungan: Golkar harus memelihara basis dukungan suara yang besar dalam Pileg, terutama di daerah pemilihan (Dapil) II yang meliputi Kota Banjarmasin.
3. Strategi untuk Hasnuryadi: Mengingat kuatnya dukungan di Dapil II, lebih strategis jika Hasnuryadi masuk dalam bursa pemilihan wali kota (Pilwali) Banjarmasin. Ini tidak hanya menjaga soliditas Partai Golkar, tetapi juga memberi kesempatan bagi Hasnuryadi untuk menjadi pemimpin nomor satu di Banjarmasin. Peran ini lebih strategis dan berpotensi membawa dampak positif yang lebih besar dibandingkan hanya menjadi calon wakil gubernur dalam Pilgub.
Masyarakat Banjarmasin menantikan Hasnuryadi sebagai calon wali kota. Keputusan ini akan memperkuat posisinya dalam Partai Golkar dan melanjutkan kontribusinya dalam membangun kota, sejalan dengan kerja kerasnya selama ini. Bravo Barito Putra Mania!
Setia Budhi
Antropolog ULM
Tags
Opini