Banjarmasin, Kalimantan24 - Kalau anda punya kesempatan menjadi pemimpin, apa godaan terbesar di penghujung masa jabatan? Jawabannya sering kali adalah keinginan untuk tetap bertahan pada jabatan tersebut. Godaan ini bisa sangat kuat, mendorong seseorang untuk melakukan segala cara agar bisa terus berkuasa. Bila mempertahankan jabatan tak mungkin lagi, upaya lain adalah menurunkan jabatan tersebut kepada orang-orang terdekat, seperti istri, anak, atau saudara kandung.
Godaan kekuasaan seperti ini bukanlah hal baru dan jarang ada yang berhasil lolos dari jeratannya. Banyak pemimpin yang berusaha mempertahankan kekuasaan hingga akhir hayat, bahkan ketika tubuh mereka tidak lagi mampu memikul beban tersebut. Jika mereka tidak bisa lagi berkuasa, mereka sering berusaha mewariskan kekuasaan kepada keluarga terdekat, meskipun kadang kemampuan mereka tidak memadai untuk memegang jabatan tersebut.
Salah satu cerita legendaris yang sering terlupakan adalah penolakan politik dinasti oleh Umar bin Khattab, salah satu khalifah terbesar dalam sejarah Islam. Kisah ini dinukil dari buku *Sejarah Umat Islam* karya Prof Buya Hamka.
Saat Umar bin Khattab sekarat dan hendak meninggal dunia, beliau memberikan arahan kepada kaum muslimin tentang pemilihan khalifah penggantinya. Beberapa sahabat saat itu menyarankan untuk memilih anaknya, Abdullah bin Umar, sebagai pengganti. "Ya Amirul Mukminin, anak paduka lebih layak meneruskan jabatan khalifah ini, jadikan sajalah dia menjadi khalifah, kami akan menerimanya," kata sebagian muslimin.
Namun, bukannya mendorong anaknya maju menjadi khalifah, Umar bin Khattab justru menolak dengan tegas. "Tidak ada kaum keturunan Al Khattab hendak mengambil pangkat khalifah ini untuk mereka, Abdullah tidak akan turut memperebutkan jabatan ini!," ujar Umar dengan tegas.
Umar kemudian menoleh ke arah Abdullah bin Umar, anaknya. "Anakku Abdullah, sekali-kali jangan engkau mengingat-ingat hendak mengambil jabatan ini!" Abdullah pun patuh pada wasiat ayahnya dan berkata, "Baiklah ayah."
Ketaatan Abdullah bin Umar pada wasiat ayahnya terlihat jelas. Akhirnya, Utsman bin Affan terpilih menjadi pengganti Umar. Bahkan ketika terjadi perebutan kekhalifahan antara Ali bin Abi Thalib dan Muawiyah, Abdullah bin Umar tetap netral dan tidak terlibat dalam perebutan tersebut.
Cerita ini memberikan pelajaran berharga tentang pentingnya menjauhi godaan kekuasaan dan politik dinasti. Umar bin Khattab menunjukkan bahwa integritas dan kepentingan umat lebih utama dibandingkan kepentingan pribadi atau keluarga. Ini adalah contoh teladan yang sangat relevan bagi pemimpin masa kini, yang sering kali terjebak dalam godaan untuk mempertahankan atau mewariskan kekuasaan dengan segala cara.
( Noorholis Majid )
Tags
Opini